Juli 04, 2013

Kalbar Kekurangan Ribuan Dokter Umum dan Spesialis


Saat ini dokter tidak mau ditugaskan ke daerah jika tidak dipaksa.


Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Andi Jap, Rabu 3 Juli 2013, menyatakan provinsi Kalbar masih kekurangan sekitar seribu dokter umum dan hal ini menjadi masalah utama di bumi khatulistiwa saat ini.

Ia menjelaskan, idealnya suatu wilayah memiliki 40 dokter umum untuk melayani per 100 ribu penduduk. Sedangkan dokter umum di Kalimantan Barat baru ada 600-700 orang.

"Seharusnya dokter umum di Kalbar sekitar 1.800 orang. Sementara dokter spesialis dasar masih kekurangan 100 orang agar rasio ideal 6 dokter spesialis per 100 ribu penduduk," katanya.

Ia menjelaskan, permasalahan krusial adalah masalah Sumber Daya Manusia (SDM) dokter yang kurang. Padahal, dalam pelaksanaan Undang-undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dokter umum dan keluarga adalah pelayanan primer.

Saat ini, sekitar 800 dokter di Kalimantan Barat menumpuk di kota Pontianak sehingga kurang pemerataan dokter di daerah-daerah lain. “Terakhir saya ke Kabupaten Kapuas Hulu, di sana ada 80 Puskesmas sementara dokternya hanya 12 orang. Ke depan kalau dokter umum tidak diperkuat maka daerah akan kesulitan,” katanya.

Andi menjelaskan, masalah ini telah ia sampaikan ke pemerintah pusat karena saat ini dokter tidak mau lagi ditugaskan ke daerah jika tidak dipaksa. Saat ini, di Kalbar terdapat 237 puskesmas di mana 50 persen berada di daerah pedalaman. Semuanya masih membutuhkan tenaga dokter umum. (eh)

Sumber : http://news.viva.co.id/

Ribuan Orang di Aceh Tengah Masih Terisolasi

Lima desa di Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, masih terisolasi akibat tertimbun tanah longsor pasca gempa 6.2 Skala Richter yang melanda Aceh Selasa kemarin. Diperkirakan masih ada puluhan korban yang tertimbun longsor dan belum bisa dievakuasi.
Ketua tim evakuasi dari TNI, Letkol Budi Hartono, di posko pengungsian Blang Mancung, Kecamatan Ketol, Rabu malam 3 Juli 2013 menuturkan, tim evakuasi yang terdiri dari TNI dan Search And Rescue (SAR) telah berupaya mencapai lokasi. Namun gagal menembus lokasi karena medan yang sulit dan tanah yang tidak stabil.

"Lokasinya tidak bisa dimasuki alat berat, kami jalan saja tanahnya goyang dan sangat labil," kata dia. Rencananya, pagi ini tim akan kembali mencoba masuk ke lokasi.

Sembilan desa yang terisolasi itu antara lain, Desa Bah, Desa Serempah, Desa Burlah, Desa Kekuyang, Desa Pantan Penyo, Desa Pantan Reduk, Desa Bergang, dan Karang Ampar. Diperkirakan ada sekitar 5.000 jiwa yang menempati desa-desa itu.

Sejumlah desa memang berada di kawasan lembah bukit. Longsoran bukit saat gempa terjadi menimbun rumah warga dan perkampungan.

"Tim SAR tadi menggunakan alat pendeteksi suhu tubuh, ada 9 korban yang terdeteksi alat itu. Kesemuanya belum bisa dievakuasi," kata Budi.

Berdasarkan data dari Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah korban meninggal saat ini mencapai 24 orang, 249 orang luka-luka, dan ratusan bangunan rusak.

RAMADAN 2013 : Pemkot Wacanakan Lokalisasi Pedagang Kembang Api

Solopos.com, SOLO – Jumlah penjual petasan dan kembang api yang kian menjamur tiap menjelang Bulan Puasa membuat Pemkot memutar otak. Wacana lokalisasi pun dilontarkan menyikapi maraknya pedagang musiman tersebut.

Kasi Operasi dan Pengendalian Satpol PP, Bambang MBS, mengungkapkan tren pedagang petasan dan kembang api di Solo tiap tahun terus meningkat. Lokasi berjualannya pun mulai meluas menuju gang-gang kampung.

“Penyebarannya semakin sulit dipantau,” ujarnya saat ditemui wartawan di Kelurahan Jebres, Rabu (3/7/2013).Pihaknya menguraikan titik konsentrasi pedagang berada di Jl Slamet Riyadi wilayah Purwosari, Jl Adi Sucipto, Jl Urip Sumoharjo hingga perempatan Gemblegan. Di wilayah terpadat yakni Purwosari, pihaknya mencatat penambahan pedagang yang cukup signifikan.

“Kalau dua tahun lalu sekitar 18 pedagang, tahun kemarin bertambah sekitar 23. Tahun ini kemungkinan bisa bertambah lagi,” ujarnya.
Menurut Bambang, sulitnya penataan pedagang selama ini tak lepas dari longgarnya aturan. Oleh karena itu, opsi lokalisasi pedagang bakal diseriusi untuk mengendalikan jumlah pedagang. Wacana tersebut juga dinilai memudahkan aparat dalam memantau aktivitas dan barang jualan pedagang.
“Usulan segera disampaikan pada pemangku kebijakan,” tutur Bambang.
Lantaran sulit diatur, keberadaan pedagang selama ini sering menimbulkan masalah. Dia menyebut mayoritas pedagang di jalan protokol nekat menggunakan badan jalan untuk mengais rezeki.
“Kemarin kami baru saja menertibkan enam pedagang di Purwosari, Urip Sumarjo dan Gemblegan. Kalau sampai peringatan ketiga masih membandel, terpaksa kami angkut barang dagangannya.”
Bambang juga mewanti-wanti pedagang agar tidak menjual petasan berukuran besar. Bersama aparat kepolisian, pihaknya siap merazia petasan untuk menjaga kenyamanan ibadah bulan Puasa. “Kalau petasan jemprit (kecil) mungkin masih bisa ditoleransi,” tambahnya.
Kasi Pembinaan PKL Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Solo, Didik Anggono, mengatakan pedagang kembang api dibolehkan jualan pada malam hari. Namun, pihaknya mengimbau tenda dan gerobak pedagang tidak merangsek badan jalan.